Senin, 08 April 2013

ARTIS impianku, HIDAYAH menyapaku.



Assalamualaykum..

kawan, aku ingin bercerita kepadamu tentang perjalanan hidupku. mungkin hal ini tidaklah penting bagimu. namun, aku ingin berbagi kepadamu dan mengajakmu merasakan Indahnya Hidayah itu.

**saya adalah seorang anak yang terlahir dari wanita yang menurutku luar biasa dan tentu semua anak akan menganggap sosok ibunya adalah wanita yang luar biasa karena perjuangan melahirkan , merawat dan membesarkan kita hingga besar seperti sekarang ini.

ibu, sebutan  itu sering terdengar di telingaku ketika usiaku masih kecil namun tak ku temukan sosok itu seperti apa dan bagaimana rupanya. yang ku tahu adalah seorang ibu adalah orang yang melahirkanku. kata orang-orang  ibuku sudah meninggal saat usiaku baru menginjak umur 9 bulan dan akhirnya aku diasuh oleh salah satu saudara papa yang tingga di kota Makassar saat itu. sedangkan papa berkelana mencari nafkah untuk menghidupiku. dan untuk beberapa tahun aku tidak memiliki sosok ayah dan ibu di sampingku.

saudara papa yang sering sy sapa tante rapiah ini mengasuhku dari bayi hingga saya berumur 6 tahun sehingga dialah satu-satunya sosok ibu yang saya tahu dan akhirnya akupun memanggilnya ibu. setiap kali orang lain menggodaku dan berkata bahwa tante rapiah itu bukanlah mamamu, maka aku akan menangis dan  marah sejadi-jadinya karena memang saat itu aku mengira bahwa ia adalah ibuku walaupun dia belum menikah pada saat itu. dia betul-betul merawatku dengan baik sehingga walaupun ada hal-hal yang terjadi denganku maka ia akan merasa sangat panik dan menangis sejadi-jadinya. yah, kata orang ketika saya di tinggal mama, saya menjadi sakit-sakitan dan terkadang jatuh tiba-tiba tanpa sebab kemudian panas tinggi dan kejang-kejang. Namun, tante selalu dengan sabar merawatku hingga aku bisa berdiri, melangkah,berjalan dan berlari.

ketika berusia 6 tahun, kakek dan nenek meminta tanteku agar aku di bawa ke tempat mereka untuk bersekolah di sana. kakek dan nenek adalah seorang petani yang tinggal di sebuah desa yang masih murni keadaan pedesaannya. kata nenek , di desa aku bisa memiliki banyak teman untuk bermain dan tidak akan merasa kesepian seperti yang aku alami saat aku tinggal di kota bersama tante.

akhirnya dengan berat hati tante melepasku pergi untuk tinggal bersama dengan kakek dan nenek di kampung. dan akhirnya kumulai hari-hariku bersekolah dan bermain dengan teman-teman yang ada di desa tempatku tinggal saat itu. ada raup, sri, ida, eka dan beberapa teman-temanku yang lain. mereka semua adalah teman-teman bermainku walaupun terkadang perkelahian dan permusuhan kerap terjadi pada kami. teringat satu hari ketika saya dan teman-temanku yang lain sedang bermain-main di sekitar gunung yang dekat dengan sekolah kami ketika istrahat sekolah sedang berlangsung, tiba-tiba ada kejadian yang amat lucu kalau ku ingat-ingat saat ini. saat keluar main, kami sering membuat rumah-rumah yang kami buat dar ranting-ranting pohon dan ada kalanya kami juga mengadakan acara-acara pernikahan pada saat itu. ada yang diam-diam membawa lipstik mamanya, ada yang membawa bedak, ada yang membawa makanaan dan peralatan-peralatan lainnya yang tentunya milik orang tua mereka. terkadang yang menjadi pengantin wanitanya adalah orang yang ditunjuk untuk menjadi pengantin dan didampingi oleh laki-laki atau perempuan yang juga ditunjuk oleh warga rumah-rumahan kami. akhirnya, jadilah 2 orang temanku yang perempuan terpilih menjadi pasangan yang akan menikah. merekapun didandani dan mengenakan pakaian daun-daun yang telah di rangkai oleh teman-teman sebelumnya. Namun, saat acara pernikahan berlangsung ternyata lonceng kelas berbunyi pertanda kami sudah harus masuk kembali ke kelas masing-masing. yang paling menderita diantara kami adalah mereka yang menjadi pengantin wanita. sang pengantin wanita harus mencari cara untuk menghilangkan bekas-bekas make up diwajahnya sebelum masuk kelas sehingga terkadang terlambat masuk ke dalam kelas.

 raup, sri, ida, eka dan sepupuku rabiah. mereka adalah teman-teman sekelasku yang sekaligus sangat akrab denganku. kami biasanya sering bermain bersama. namun entah karena sebab apa sehingga pada suatu hari saya dan temanku sri terlibat perkelahian yang teramat hebat. saat itu saya, raup dan sri sedang bermain di bawah kaki gunung sambil saling melempari tanah, namun tiba-tiba tanpa sengaja tanah tersebut mengenai mata sri dan merasa harus balas dendam kepadaku. diapun dengan kencangnya melempariku kembali dengan tanagh, saat itu aku berfikir itu adalah lemparan main-main darinya jadi aku lempari balik dengan lebih kencang, ternyata dia naik pitam dan sangat marah hingga menangis. kamipun berkelahi, saling melempari tanah hingga datanglah raup melerai kami berdua. Namun kami tidak menghiraukannya dan sri terus melempariku hingga raup naik pitam dan memarahi sri . selain itu raup juga menakut-nakutinya bahwa ayaku nanti akan datang membawa senjata dan menembakinya jika menyakitiku.

saat itu memang saya rasakan seperti anak emas di kalangan teman-temanku. mereka sangat sayang kepadaku. entah karena mereka sudah tahu bagaimana kasihan kepada orang lain sehingga hal tersebut adalah bentuk rasa kasihan kepadaku ataukah hal itu hanyalah naluri anak-anak yang betul-betul ingin melindungiku.Selain itu, teman-temanku saat itu juga menganggapku sebagai anak dari ayah yang kaya dan punya pistol sehingga sebagian dari mereka terkadang takut untuk menggangguku.

aku akhirnya tumbuh menjadi anak yang tidak tahu membaca,berhitung dan menulis. saat itu tidak ada satupun orang yabg bisa mengajariku karena nenek dan kakek sudah teramat tua untuk  mengajariku. Akhirnya hampir setiap hari aku menjadi korban strap dan hukuman. setiap kali aku diminta naik untuk mengerjakan soal pembagian atau membaca, maka papan tulispun akan  selalu mencium jidatku. yah, setiap kali tidak bisa menjawab, maka kepla ini akan ditumbuk ke papan tulis..argggghh sakiitnya.. dan aku juga sebenarnya sudah bosan setiap hari harus menginjak meja karena setiap anak yang tidak mengerjakan pr atau tidak bisa menjawab soal yang diberikan maka harus berdiri diatas meja dengan 1 kaki.....aarrhhh...sungguh malunya. namun, yah seperti itulah yang harus saya peroleh karena tidak ada yang mengajariku membaca,berhitung maupun menulis.

dan yang paling parah adalah saya tidak tahu melihat kelender. saya biasanya bingung melihat angka-angka yang ada dalam beberapa kertas yang selalu dipajang di ruang tamu sepupuku yang bernama rabiah. pernah suatu saat , mama rabiah bertanya kepadaku entah dia ingin menggodaku atau ingin mengajarkanku...diaa memintaku untuk melihat kalender dan bertanya " sekarang itu bulan berapa yah???". untuk sejenak saya berfikir...dan yang terlintas dalam kepalaku adalah bagaimana bisa saya menghitung bulan itu terbit berapa kali, tadi malam saja sy tidak tahu bulan itu penuh atau sepotong....

melihat wajah saya yang begitu bingung, orang yang sering Q sapa tante duri inipun tersenyum dan kembali menanyakannya kepada kakak rabiah yang sering saya sapa kak ardi. akhirnya dari dialah jawaban atas pertanyaan tante duri terjawab sudah namun tetap menimbulkan pertanyaan besar dikepalaku dan begitu memuji kak ardi dalam hati " wuihhh, sungguh hebat kak ardi bisa menghitung berapa kali bulan muncul".

aku habiskan masa kecilku di desa bersama kakek dan nenekku sampai umur 10 tahun. aku dididik cukup keras sejak bersama mereka. tak ada jajan jika naluri nafsu kekaanak-kanakanku untuk membeli setiap apa saja yang diinginkan leherku, tak ada mainan boneka ataupun mainan semacamnya yang bisa aku nikmati bersama  teman-temanku saat bermain bersama dan tak ada tempat bermanja-manja karena sibuknya nenek dan kakekku mengurusi sawah dan ladangnya. kayu dan bawang selalu tersedia di rumah dan siap menyambut kaki dan mataku jika aku merengek meminta sesuatu yang tidak  bisa di sanggupi kakek dan nenekku, dan juga jika ada lagi kenakalan-kenakalan yang aku lakukan. semua itu adalah cara kakek dan nenek mengejariku untuk senantiasa menjadi anak penurut. aku sadar bahwa mereka melakukan itu semua karena menginginkanku menjadi anak yang lebih baik walaupun cara mereka yang sedikit salah dalam mendidik. Namun walaupun demikian,  mereka senantiasa mengajarkanku untuk dekat kepada Allah dan tidak meninggalkan sholat.

akhirnya setelah memasuki semester 2 pada tingkat kelas 4 SD, ayahku meminta kakek dan nenek agar aku di kembalikan kepada ayah dan ibu baruku di kendari. walaupun terasa bereat, akhirnya nenek dan kakekku menyerahkanku kepada orangtuaku saat itu. perasaan gundah dan gelisah tiba-tiba merasuki dadaku saat permintaan  untuk membawaku kepada ayahku dan ibu tiriku itu di setujui oleh kakek dan nenekku. terasa sesak rasanya , apalagi dengan banyaknya berita-berita buruk dan film-film yang sering ku nonton tentang buruknya perlakuan seorang ibu tiri kepada anak tirinya. bahkan ku dengar tetanggaku mengatakan bahwa baru saja ada anak yang disiram air panas oleh ibu tirinya hingga seluruh badannya melepuh...
ihhhhh,,,rasa ngeri menyelimuti sekujur tubuhku.

dalam perjalanan menggunakan kapal laut menuju kendari, aku terus berfikir bagaimana bisa melawan ibu tiriku jika dia melakukan hal-hal buruk kepadakau contohnya menyiramkanku air panas seperti yang pernah aku dengar.semua ide-ide sudah tersuusun rapi di kepalaku. "jika ibu tiriku menyiramkanku air panas, maka aku akan menghindar dan akan mengambilkan balok besar dan memukul kepalanya hingga ia pingsan" pikirku saat itu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda!